NALARNESIA.COM – Lodewijk Freidrich Paulus, namanya mengingatkan kita pada Jenderal Friedrich Paulus, Panglima Tertinggi Jerman yang memimpin Angkatan Darat Ke-6 dalam Pertempuran Stalingrad pada 1942-1943. Nama depan “Lodewijk,” dengan lafal Belanda, adalah nama yang umum diberikan kepada anak laki-laki Eropa dan berarti prajurit tersohor.
Sejalan dengan ungkapan bahwa nama adalah doa, nama Lodewijk Freidrich Paulus merefleksikan perjalanan hidupnya. Pria yang lahir di Manado pada 1957 ini adalah purnawirawan Letnan Jenderal TNI bintang tiga.
Lodewijk menyelesaikan pendidikan SMP di Manado hingga 1973, kemudian melanjutkan ke SMA di Palu, Sulawesi Tengah. Ia fasih berbahasa daerah Minahasa dan Bahasa Tetun (Timor), serta mahir berbahasa Inggris dan Perancis.
Karier militernya dimulai saat ia masuk Akademi Militer (Akmil) di Magelang dan lulus pada 1981. Selama bertugas di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Lodewijk pernah menjabat sebagai Komandan Detasemen Khusus 81 (penanggulangan teror) atau Sat-81/Gultor pada tahun 2001. Satuan elit ini dibentuk oleh Luhut Panjaitan dan Prabowo Subianto pada 1981.
Karier puncaknya di militer termasuk menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus ke-24 dari 2009 hingga 2011. Dalam jabatannya, ia memprakarsai penyuluhan dan pendidikan terkait hak asasi manusia (HAM) untuk anggotanya.
Pada 2011, ia diangkat sebagai Panglima Kodam I/Bukit Barisan dan sebelumnya menjabat sebagai Komandan Resor Militer 052/Wijayakrama antara 2006-2007. Di tahun 2013, Lodewijk ditunjuk sebagai Dankodiklat AD dan menjadi Panglima Komando Gabungan Pengamanan KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Nusa Dua, Bali.
Selama kariernya, ia juga mendapatkan berbagai penugasan ke luar negeri, termasuk di Kuwait, Turki, Swis, Inggris, AS, Australia, India, dan beberapa negara ASEAN.
Setelah pensiun dari dunia militer pada 2015, Lodewijk memasuki dunia politik dengan bergabung di Partai Golkar. Ia menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Lampung dan kemudian sebagai Sekretaris Jenderal Partai Golkar pada 2018.
Pada Pemilu 2019, Lodewijk terpilih ke Senayan dengan suara terbanyak berkat modal sosialnya sebagai purnawirawan militer dari Daerah Pemilihan Lampung I.
Pada tahun 2021, ia diangkat sebagai Wakil Ketua DPR RI Bidang Politik dan Keamanan setelah Azis Syamsuddin tersandung kasus korupsi. Ia menjadi anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan intelijen.
Di DPR, ia dikenal dengan mobil pribadi yang mencolok berwarna kuning, yang merupakan kendaraan taktis DAPC-2 Wolf yang telah dimodifikasi.
Dalam kontestasi Pilpres 2024, Lodewijk ditunjuk sebagai Wakil Ketua Koordinator Strategis Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, namun ia tidak berhasil mempertahankan kursinya di Senayan.
Meski demikian, ia dilantik sebagai Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dalam Kabinet Merah Putih periode 2024–2029. Penunjukan ini disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto setelah jamuan makan malam di Istana Negara.
Dalam pos barunya, Lodewijk akan membantu Budi Gunawan selaku Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Kemenko Polkam memiliki tugas mengoordinasikan urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik dan keamanan.
Sebagai salah satu kementerian koordinator, Kemenko Polkam memiliki rentang kendali yang luas. Dalam konteks ini, peran Lodewijk sangat penting, mengingat pengalamannya di dunia militer dan politik. Diharapkan ia mampu mengorkestrasi kondisi politik dan keamanan demi stabilitas pertahanan nasional.***