Wiryanata menambahkan bahwa semua pihak memiliki peran dalam menciptakan perdamaian, meningkatkan kesadaran, dan berkomitmen untuk memperkuat hubungan antar manusia.
Ia juga mengajak masyarakat dan keluarga korban untuk berdamai dengan masa lalu, memaafkan, dan bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik.
“Perdamaian mengajarkan kita untuk tidak melakukan konflik dan bertindak tanpa permusuhan atau niat buruk terhadap orang lain. Perdamaian juga memperlakukan orang lain tanpa melihat identitas dan saling menerima perbedaan,” ujarnya.
BACA JUGA: 10.000 Bom dan Rudal Telah Dikirimkan Amerika kepada Israel Selama Konflik Gaza
Dalam doa perdamaian, ia mengajak semua untuk bersatu sebagai satu umat manusia, meningkatkan suara dengan tekad yang kuat untuk mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik.
“Kita tidak akan melupakan peristiwa yang terjadi pada tanggal 12 Oktober di Bali, tetapi kita akan mengubahnya menjadi tonggak bagi kebangkitan perdamaian,” katanya.
Ia juga mengajak hadirin untuk berdoa bagi pemerintah dan negara-negara yang sedang mengalami konflik perang di seluruh dunia, berharap agar doa perdamaian yang dipanjatkan di Bali dapat diikuti oleh instansi pemerintah di Indonesia maupun luar negeri, sehingga gaungnya dapat terdengar di seluruh dunia.
“Dalam keheningan, mari kita renungkan dan berdoa memohon agar kekerasan dan penderitaan tidak lagi menghantui dunia, dan semoga cinta perdamaian dan pengampunan menyelimuti hati dan membawa kita menuju masa depan yang lebih cemerlang,” ujarnya, mengajak semua untuk berdiri bersama sebagai agen perdamaian.***