NALARNESIA.COM – Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Soroy Lardo, Sp.PD, K.PTI, FINASIM, menyatakan bahwa risiko yang lebih tinggi terjadi pada seseorang yang mengalami serangan kedua penyakit demam berdarah dengue (DBD) dibandingkan dengan serangan pertama.
“Jadi, DBD itu akan menjadi berat kalau serangan yang kedua, namanya infeksi sekunder,” kata Soroy dalam taklimat media Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) tentang tata kelola integrasi DBD yang digelar daring dan dipantau dari Jakarta, Selasa, 26 Februari 2024.
Menurutnya, penelitian menunjukkan bahwa infeksi sekunder dapat menyebabkan pembentukan kompleks antibodi.
“Jadi, antibodi yang terbentuk pada DBD yang pertama itu membentuk kompleks sehingga replikasi virus lebih tinggi,” ucap Soroy.
BACA JUGA:
DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang umumnya disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus ini dapat menyebabkan kebocoran pada pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan kondisi serius seperti syok dan pendarahan, terutama jika terjadi trombositopenia atau penurunan jumlah trombosit.
Dr. Soroy menekankan pentingnya pemantauan harian dalam penanganan DBD. Jika jumlah trombosit dalam tubuh turun di bawah 100.000 mikro liter, perawatan medis segera diperlukan.
Gejala klinis yang umumnya dialami penderita DBD meliputi demam, nyeri di belakang mata, nyeri sendi, mual, muntah, dan bintik merah pada kulit. Pentingnya penanganan yang baik pada fase kritis menjadi kunci untuk mencegah komplikasi serius.
“Kalau sudah demikian maka kita memahami tahap-tahap dari perjalanan klinisnya, ada fase demam satu sampai tiga hari, lalu fase kritis tiga sampai enam hari dan fase pemulihan enam sampai 10 hari,” kata Soroy
BACA JUGA:
Selama fase pemulihan, disarankan agar pasien beristirahat selama lima hari karena virus masih dapat bertahan dalam tubuh.
Soroy juga mengatakan pasien DBD terkadang masih merasa lemah dalam tiga minggu.***