Ini Dia Makanan yang Wajib Dimakan Saat Berbuka Puasa, Agar Jauh Dari Maag

Avatar
Kurma (Pixabay.com/pictavio)
banner 468x60

NALARNESIA.COM – Ahli gizi, Dr. Luciana Sutanto MS, Sp.GK, menyarankan untuk memulai berbuka dengan makanan dalam porsi kecil dan memiliki rasa manis atau takjil. Tujuannya adalah untuk mengaktifkan saluran pencernaan dan mengembalikan kadar darah setelah berpuasa selama 12 jam.

“Makan porsi kecil dan manis saat berbuka untuk mengaktifkan saluran cerna dan mengembalikan kadar darah yang turun setelah 12 jam berpuasa,” ujar Luciana, yang merupakan lulusan spesialis gizi klinik Universitas dikutip dari ANTARA pada Rabu, 28 Februari 2024.

banner 225x100

Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Keluarga tersebut menjelaskan bahwa setelah mengonsumsi makanan dalam porsi kecil saat berbuka , seseorang dapat melanjutkan dengan makanan utama yang kaya gizi setelah menunaikan ibadah sholat maghrib.

Makan malam selingan dapat dilakukan setelah sholat tarawih, dan kemudian mengonsumsi menu utama yang kaya gizi saat sahur.

BACA JUGA: Serangan DBD Kedua Lebih Berbahaya, Waspada di Musim Hujan

Bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit seperti refluks gastroesofagus (GERD), disarankan untuk menghindari konsumsi makanan pedas dan asam berlebihan selama berbuka puasa maupun sahur.

Luciana mengatakan, “Hindari makanan yang dapat memperburuk kondisi GERD saat sahur dan berbuka puasa, seperti makanan yang terlalu pedas dan terlalu asam.”

Untuk penderita diabetes, Luciana menyarankan untuk berkonsultasi dengan ahli medis sebelum memutuskan untuk berpuasa. “Konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter apakah kondisi diabetesnya masih memungkinkan untuk berpuasa,” ujar Luciana.

Dalam diskusi daring, dr. Martha Rosana, Sp.PD, seorang penyakit dalam dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, menyatakan bahwa penderita diabetes berisiko mengalami komplikasi jika asupan makanan dan cairannya berubah selama puasa.

BACA JUGA: Tips Riasan Wajah atau Make Up yang Cocok Untuk Bulan Ramadhan

Risiko tersebut melibatkan hipoglikemia ( darah rendah), hiperglikemia (gula darah tinggi), dehidrasi, dan ketoasis diabetikum (komplikasi akut).

Konsultasi dengan dokter sebelum memulai puasa menjadi penting agar penderita diabetes dapat memperoleh informasi terkait evaluasi penggunaan , pemantauan kondisi , dan penilaian risiko komplikasi.***