Bahlil juga mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengambil langkah untuk menghentikan ekspor ore nikel, meskipun langkah ini mendapat tekanan internasional, mengingat Indonesia memiliki 40-45 persen dari total cadangan nikel dunia.
“Sekarang kenapa orang menghantam kita? agar mempertimbangkan untuk merubah kebijakan untuk tetap mengizinkan ekspor (ore nikel),” kata Bahlil.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa keberadaan pabrik bahan anoda baterai litium di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, akan meningkatkan posisi Indonesia di dunia.
“Jadi saya yakin dalam kurun waktu tidak lama ekspor turunan hilirisasi akan meningkat signifikan. Dan lebih dari itu, tidak ada orang anggap enteng lagi Indonesia bahwa Indonesia ini bisa diatur-atur oleh siapa pun,” kata Luhut dalam sambutannya di sela peresmian pabrik tersebut dipantau secara daring di aku Youtube Sekretariat Presiden dari Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2024.
BACA JUGA: Terjadi Lagi! Kebakaran Akibat Korsleting Listrik Menimpa Rumah Seorang Janda di Madiun
Luhut menyebutkan bahwa pabrik ini memiliki kapasitas produksi 80 ribu ton per tahun, yang dapat bersaing dengan China yang saat ini memproduksi 100 ribu ton per tahun.
“Indonesia negara besar, negara yang punya karakter, negara yang bisa mengatakan iya, dan negara yang bisa mengatakan tidak,” tegas Luhut.***