NALARNESIA.COM – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik keras Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menyebutnya telah melakukan tindakan genosida yang akan membuat bahkan Hitler iri.
“Netanyahu telah mencapai tingkat yang membuat Hitler iri dengan metode genosidanya. Kita berbicara tentang Israel yang menyasar ambulans, menyerang titik distribusi makanan, dan menembaki konvoi bantuan,” kata Erdogan kepada surat kabar Kathimerini Yunani dalam sebuah wawancara, Minggu, 12 Mei 2024.
“Apa yang dilakukan Hitler di masa lalu? Dia menindas dan membunuh orang-orang di kamp konsentrasi,” sambungnya.
BACA JUGA: Erdogan: Amerika Serikat Punya Tanggung Jawab Hentikan Israel di Gaza
Erdogan mengecam serangan Israel terhadap Gaza selama berbulan-bulan, termasuk pemboman rumah sakit, dan mempertanyakan legitimasi tindakan semacam itu.
Dengan membandingkan dengan kekejaman Hitler, Erdogan menegaskan bahwa Israel juga bersalah atas pembunuhan anak-anak, penindasan terhadap warga sipil, dan menciptakan kondisi kelaparan, kehausan, dan kekurangan obat-obatan di Gaza. Dia menyoroti bahwa Gaza telah menjadi penjara terbuka selama bertahun-tahun, bukan hanya akibat dari serangan terbaru.
“Bukankah orang-orang di sana dikurung dalam sumber daya yang terbatas selama bertahun-tahun, hampir seperti kamp konsentrasi? Siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan massal paling brutal dan sistematis di Gaza setelah 7 Oktober?,” tuturnya.
BACA JUGA: MPR RI Apresiasi Langkah PBB Tetapkan Palestina Sebagai Anggota di Lembaga Kemanusiaan Dunia Itu
Erdogan menekankan hak-hak masyarakat Gaza, termasuk hak untuk hidup, telah dilanggar. Dia menyatakan bahwa perlawanan Palestina tidak akan diperlukan jika ada negara Palestina merdeka dengan perbatasan tahun 1967 dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
“Kami membela hak-hak mereka. Kami membela perdamaian. Israel, sebaliknya, terus melanggar resolusi PBB, hukum internasional, dan hak asasi manusia secara sembrono,” tegasnya.
Selain itu, Erdogan menegaskan bahwa kelompok Palestina telah setuju dengan perjanjian gencatan senjata, tetapi Israel menolak untuk menerima gencatan senjata karena menginginkan pendudukan penuh atas Gaza.***