Lukman Hakim Beberkan Alasan Seseorang Bisa Berpaham Ekstrem Dalam Beragama

Avatar
Tangkapan layar - Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat menjadi pembicara dalam Webinar Pendekatan Multikultural dalam Bimbingan Keagamaan yang diinisiasi Ditjen Bimas Hindu Kemenag, Selasa (1/10/2024). ANTARA/Asep Firmansyah/YouTube-Ditjen Bimas Hindu.
banner 468x60

NALARNESIA.COM – Saifuddin menjelaskan bahwa ada dua faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengadopsi , yaitu sikap berlebih-lebihan dan melampaui batas.

“Ekstrem itu mengandung dua hal: berlebih-lebihan dan melampaui batas,” ujar dalam Webinar Pendekatan Multikultural yang diadakan oleh Ditjen Bimas Hindu .

banner 225x100

Lukman menjelaskan kepada para penyuluh agama mengapa kedua hal ini perlu dihindari. Menurutnya, berlebih-lebihan cenderung berdampak negatif, bahkan dalam hal kebaikan. Sebagai contoh, ia menyinggung konsep makan dan minum; jika dilakukan secara berlebihan, hal itu dapat berdampak buruk pada dan lingkungan.

“Makan minum baik untuk menjaga stamina dan energi, tapi jika berlebihan menjadi tidak baik,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya tidak melampaui batas dalam beragama, karena segala sesuatu memiliki batas, kecuali Tuhan. Dalam hal ini, manusia seharusnya tidak hanya memahami teks-teks keagamaan secara harfiah tanpa mempertimbangkan konteks yang melatarbelakanginya.

“Teks tidak muncul begitu saja; selalu ada konteks yang menyertainya,” jelasnya.

Lukman menegaskan bahwa jika seseorang hanya mengandalkan teks tanpa memperhatikan konteks, mereka bisa mengabaikan inti ajaran agama.

Ia menambahkan bahwa tidak boleh juga bersikap terlalu bebas dalam menafsirkan teks-teks keagamaan.

“Pertama, terlalu kaku karena hanya berpegang pada teks. Kedua, terlalu longgar dalam menginterpretasi teks, yang akhirnya bisa mengingkari inti pokok ajaran agama itu sendiri,” ujarnya.

Lukman menekankan bahwa moderasi agama berperan penting sebagai benteng untuk mencegah pandangan ekstrem dalam mengamalkan ajaran agama.

“Keragaman pemahaman beragama itu sunatullah, maka moderasi beragama ingin menjaga pelaksanaan ajaran agar tidak berlebih-lebihan,” katanya.

Ia menyimpulkan bahwa beragama melibatkan pemahaman dan pengamalan ajaran, di mana iman harus terwujud dalam tindakan nyata, dan moderasi beragama adalah proses yang terus berlangsung untuk menghindari sikap ekstrem.***

Leave a Reply