NALARNESIA.COM – Banjir dan longsor yang menerjang tiga kampung di Desa Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 31 Oktober 2025 dapat dimitigasi (mengurangi dampak negatif) oleh pengembang perumahan Grand Harmoni Indah.
Hanya dalam waktu 3 hari kondisi permukiman kembali pulih.
Peristiwa bencana tersebut dipicu curah hujan ekstrem selama tiga hari berturut-turut, yang membuat Sungai Cipatujah meluap dan merusak tembok penahan tanah (TPT) di beberapa titik di wilayah Jonggol.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pola hujan ekstrem dalam beberapa tahun terakhir memang semakin sering terjadi di wilayah Jabodetabek seiring meningkatnya intensitas cuaca ekstrem.
Evakuasi Cepat: Tim Tanggap Bencana Dikerahkan dalam Dua Jam
Fran, Project Manager Grand Harmoni Indah, menjelaskan bahwa banjir merendam beberapa blok perumahan setelah salah satu tanggul jebol. Namun, respons darurat dilakukan dalam hitungan menit.
“Saat kejadian, seluruh tim kami langsung standby membantu warga. Kami juga meminta dukungan Basarnas, Polisi, dan Damkar. Respon mereka sangat cepat, sekitar dua jam personel lengkap dan langsung mengevakuasi warga,” kata Fran, Selasa, 2 Desember 2025, di Jonggol.
Pemerintah daerah juga turut menurunkan bantuan logistik, mendirikan tenda darurat, serta mendistribusikan air bersih. Pengembang membuka beberapa ruko sebagai tempat penampungan sementara. Selama tiga hari, mereka menyediakan pasokan makanan, air minum, dan mendukung dapur umum.
Pemulihan Permukiman dalam Waktu Singkat
Di hari-hari awal pascabencana, pengembang mengerahkan tim kebersihan untuk membersihkan atau mengangkat lumpur, menyemprot jalan, dan membersihkan rumah-rumah warga. Tak sampai satu minggu, aktivitas warga kembali normal.
“Perbaikan tanggul sementara memakan waktu sekitar lima hari. Setelah itu, kami mengirim paket sembako di hari keempat untuk membantu warga yang terdampak,” ujar Fran.
Banjir Timur Bogor: 16 Pasien RS Permata Dievakuasi, 1.312 Warga Mengungsi
Camat Jonggol, Andri Rahman, menilai respons pengembang sangat cepat dan secara proaktif melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
“Cuaca saat itu ekstrem. Pengembang bergerak cepat, menyediakan kantor marketing untuk tempat evakuasi sementara dan memasok air bersih. Koordinasi berjalan sangat baik,” ujarnya.
Langkah Mitigasi Jangka Panjang: Perkuatan Tanggul dan Rumah Pompa
Meski tanggul sementara telah kembali berdiri, pengembang menyiapkan rencana mitigasi permanen untuk mencegah banjir serupa.
1. Perkuatan Tanggul Permanen
Pengembang telah memanggil sejumlah ahli geoteknik untuk melakukan kajian struktur di sepanjang bantaran sungai.
“Perkuatan tanggul akan dilakukan ketika musim kemarau dimana debit air akan lebih rendah dan cuaca lebih kering dan stabil. Kalau dipaksa sekarang, risikonya dapat memperlemah struktur karena curah hujan dan debit air sungai masih tinggi.” jelas Fran.
Untuk perkuatan tanggul akan dilakukan kajian dengan tenaga ahli terkait. Proses kajian ini disebut ibarat diagnosa medis, agar solusi yang diambil tepat sasaran dan aman secara jangka panjang.
2. Pembangunan Rumah Pompa (Pump House)
Grand Harmoni Indah juga merencanakan pembangunan rumah pompa untuk mengalirkan limpahan air dari water pond ke sungai ketika debit meningkat.
Konsep ini sejalan dengan rekomendasi Kementerian PUPR dan praktik mitigasi banjir di sejumlah kota, termasuk Jakarta, yang mengandalkan kombinasi kolam retensi dan pompa air.
3. Optimalisasi Water Pond / Kolam Retensi
Water pond yang berfungsi sebagai penampung sementara akan ditingkatkan kapasitasnya. Model ini sejalan dengan standar yang sering direkomendasikan BMKG dan Pemkab Bogor dalam penataan kawasan rawan banjir.
Insentif PPN DTP Pacu Penjualan Rumah Pertama, Harvest City Catat Lonjakan Signifikan
Cuaca Ekstrem Masih Mengintai
BMKG sebelumnya telah memperkirakan bahwa wilayah Bogor dan sekitarnya memasuki periode puncak hujan, dengan potensi intensitas ekstrem akibat fenomena atmosfer lokal dan regional.
Dengan demikian, langkah mitigasi struktural, seperti perkuatan tanggul dan rumah pompa, dianggap vital untuk menciptakan sistem perlindungan jangka panjang bagi permukiman.***









