WASPADA! Kecanduan Gadget Dapat Sebabkan Pikun dan Obesitas

Avatar
ilustrasi gadget (unsplash/DanGold)
banner 468x60

NALARNESIA.COM, dr Yenny Sinambela, SpKJ (K), dari Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit Jakarta, mengungkapkan bahwa kecanduan penggunaan gadget memiliki efek negatif seperti dan gangguan ingatan.

“Dalam aspek kognitif jadi mudah lupa, istilahnya tidak konsentrasi begitu lah ya. Terus secara fisik, dia bisa ,” kata Yenny.

banner 225x100

Menurut dr Yenny, kecanduan bisa mengakibatkan karena seseorang cenderung menyediakan makanan di sekitarnya sebelum menggunakan gadget, agar kesenangannya tidak terganggu.

Selain itu, penggunaan gawai yang berlebihan juga dapat menyebabkan nyeri pada saraf motorik karena posisi tubuh yang terpaku.

BACA JUGA: Kurangi Penggunaan Gadget Berlebih Demi Menjaga Kesehatan Fisik dan Jiwa

“Kepala mulai terasa pusing, atau tangannya terasa sakit,” kata Yenny.

Selain itu, kecanduan terhadap gawai juga dapat membuat seseorang menunda-nunda kegiatan produktif seperti bekerja atau belajar. Hal ini dapat berdampak pada masalah keuangan, terutama jika gawai digunakan untuk perjudian online, atau dapat memperburuk masalah dalam hubungan pernikahan.

Dr Yenny juga menyoroti kemungkinan adiksi gawai dapat meningkatkan risiko gangguan dan . Oleh karena itu, dia menyarankan agar orang yang terkena adiksi gawai segera mendapatkan bantuan medis dari .

Sementara itu, dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ dari (RSUD) Tarakan Jakarta, menyebutkan bahwa gangguan jiwa memiliki tanda-tanda khusus yang memerlukan pertolongan medis. Gangguan tersebut dikenali dengan 3P, yaitu gangguan pikiran, perasaan, dan perilaku.

BACA JUGA: Mencegah Obesitas Dengan Cara Mindfull Eating, Makan Secara Sadar

“Ketika melihat ada 3P ini, itu adalah peringatan untuk kita mencari bantuan profesional. Bisa ke psikolog ataupun ke psikiater (),” kata Zulvia.

Gangguan pikiran ditandai dengan pikiran yang terus-menerus dan sulit tidur, sementara gangguan perasaan mencakup perasaan sedih, cemas, atau marah yang berkepanjangan. Gangguan perilaku dapat terlihat dari perubahan kepribadian yang signifikan, seperti menarik diri dari pergaulan atau mudah tersinggung.

Jakarta ditempatkan sebagai salah satu dari 10 kota dengan tingkat stres tertinggi di dunia, berdasarkan laporan The Least and Most Stressful Cities Index tahun 2021.

Hal ini menggarisbawahi pentingnya edukasi dan kesadaran mengenai kesehatan mental, yang semakin diperhatikan melalui acara seperti Jakarta Berjaga yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan .***

Leave a Reply