Program Makan Siang Prabowo Tingkatkan Risiko Fiskal RI

Avatar
Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto dalam acara Apel Akbar TKN Muda di JCC Senayan, Jumat, 2 Februari 2024. (Nalarnesia.com/Muhamad Iqbal Fathurahman)
banner 468x60

NALARNESIA.COM – Lembaga pemeringkat kredit asing asal Serikat, , mengindikasikan bahwa Indonesia kemungkinan akan menghadapi peningkatan risiko fiskal dalam jangka menengah akibat dari program yang diusulkan oleh Prabowo Subianto.

Program makan siang gratis dan pemberian susu merupakan komitmen kampanye dari pasangan Prabowo-, yang saat ini mendominasi hasil perhitungan suara KPU dengan raihan 58%.

banner 225x100

Meskipun menyatakan bahwa kebijakan ekonomi Indonesia kemungkinan tidak akan berubah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, namun tingkat ketidakpastian seputar kebijakan fiskal jangka menengah telah meningkat, demikian laporan dari lembaga tersebut.

“Kami yakin risiko fiskal jangka menengah telah meningkat, mengingat beberapa janji kampanye Prabowo, termasuk program makan siang dan susu gratis di sekolah yang dapat menghabiskan biaya sekitar 2% PDB setiap tahunnya, menurut timnya,” sebut laporan yang dikutip Kamis, 22 Februari 2024.

BACA JUGA: Pedagang Beras di Pasar Ciracas Keluhkan Harga yang Melonjak Tak Masuk Akal

“Kemungkinan akan ada lebih banyak kejelasan mengenai kebijakan fiskal pemerintahan berikutnya setelah mulai menjabat pada bulan Oktober,” tambah laporan tersebut.

Prabowo mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden pada 14 Februari setelah hasil ‘penghitungan cepat' tidak resmi menunjukkan bahwa dia meraih lebih dari 50% suara. Jika klaim ini benar, hal tersebut dapat menghindari perlunya putaran kedua pemilihan pada bulan Juni dan mengurangi ketidakpastian politik dalam waktu dekat.

Meskipun demikian, lawan utama Prabowo, Anies Baswedan dan , menyatakan mereka akan menunggu hasil resmi, yang mungkin memerlukan beberapa minggu untuk dikonfirmasi, sebelum mengakui kekalahan.

“Kami mengantisipasi bahwa Prabowo akan tetap fokus pada pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan baru, dan mempertahankan upaya pemerintah saat ini untuk mendukung hilirisasi komoditas dan memperluas manufaktur baterai dan kendaraan listrik,” tulis laporan tersebut.

BACA JUGA: Imbas Kenaikan Harga Beras, Harga Nasi Warteg Juga Ikut Naik

Fitch memproyeksikan bahwa pertumbuhan PDB riil Indonesia akan tetap sekitar 5% atau sedikit di atas nya pada tahun ini dan tahun depan, hal itu sejalan dengan kondisi sebelum pandemi. Lembaga tersebut juga memperkirakan bahwa kebijakan moneter dan fiskal akan terus mendukung stabilitas makroekonomi, setidaknya hingga ini.

Terlebih, pernyataan Prabowo mengenai kemampuan Indonesia untuk mempertahankan rasio utang pemerintah/PDB yang lebih tinggi menunjukkan adanya risiko terhadap proyeksi fiskal dasar. Namun, Prabowo juga menekankan perlunya peningkatan tingkat pendapatan pemerintah terhadap PDB secara signifikan.

“Skenario dasar kami adalah utang pemerintah Indonesia akan terus menurun secara bertahap. Hal ini mengasumsikan bahwa akan ada dukungan luas di seluruh parlemen baru terhadap kebijakan fiskal yang hati-hati dan defisit fiskal di bawah 3% PDB,” katanya.***