NALARNESIA.COM – Pemasangan alat bantu “stair lift” di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, dilakukan tanpa menggunakan paku ataupun bor demi menjaga keutuhan batuan dan struktur cagar budaya warisan dunia tersebut.
Direktur Utama InJourney, Maya Watono, menegaskan bahwa proses pemasangan ini sangat memperhatikan ketentuan dari UNESCO dan tidak menimbulkan kerusakan pada bangunan bersejarah.
“Kami sudah berdiskusi secara intens dengan Kementerian Kebudayaan untuk memastikan bahwa seluruh proses pemasangan sesuai dengan pedoman UNESCO,” ujar Maya di Magelang, Selasa.
BACA JUGA: Ahli Hukum Nilai Keputusan MK Tentang Pengasuhan Anak Pasca Cerai Beri Kejelasan Bagi Aparat
Ia menjelaskan bahwa stair lift ini bersifat portabel dan memberikan kesempatan bagi kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak bisa naik ke bagian atas candi, khususnya untuk kepentingan ibadah.
Maya menyebut banyak biksu senior yang selama ini kesulitan mengakses area puncak, kini terbantu dengan kehadiran alat tersebut.
“Semangat kami adalah memastikan bahwa beribadah tidak boleh dibatasi oleh kondisi fisik. Maka dari itu, kami ingin memberi akses yang layak bagi semua orang yang ingin beribadah,” tambahnya.
BACA JUGA: KPK Panggil Windy Idol Terkait Kasus TPPU di Mahkamah Agung
Maya juga mengungkapkan bahwa InJourney bekerja dengan empat pilar utama: inklusivitas, spiritualitas dan budaya, keberlanjutan lingkungan, serta edukasi.
Inklusivitas dinilai sebagai hal krusial dalam pengelolaan situs warisan dunia, seperti yang sudah diterapkan di berbagai negara lain.
Menurutnya, potensi wisata spiritual dari umat Buddha sangat besar, dengan sekitar 500 juta penganut di seluruh dunia, termasuk 300 juta di Asia.
BACA JUGA: Prabowo Tegaskan Komitmen ASEAN untuk Perdamaian Myanmar dan Stabilitas Kawasan
“Jika kita bisa menarik hanya 1 persen saja dari jumlah tersebut, yaitu sekitar 3 juta orang, maka dampaknya terhadap devisa negara serta ekonomi lokal—terutama masyarakat Magelang dan kawasan Borobudur—akan sangat signifikan,” jelas Maya.***