Pakar BGN: Menu MBG Disesuaikan dengan Sumber Protein Hewani Lokal

Avatar
Seorang balita di Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan terlihat sedang memakan Makan Bergizi Gratis yang diberikan salah satu lembaga swasta di daerah tersebut (ANTARA/Yudhi Efendi)
banner 468x60

NALARNESIA.COM – (BGN) Prof. Dr. Epi Taufik S.Pt M.V.P.H M.Si menyatakan bahwa variasi menu dalam (MBG) telah disesuaikan dengan ketersediaan sumber hewani di masing-masing daerah, dengan gizi yang memenuhi standar.

hewaninya memang selama ini yang kita lihat kalau di Jawa itu yang banyak disenangi ayam sama telur, daging sapi pun anak-anak itu tidak terlalu, paling sebulan, dua kali, tiga kali mereka minta, tapi di daerah pesisir kan ikan. Ya kita sediakan ikan. Yang penting tadi standar gizinya terpenuhi,” ujar Epi saat ditemui media dalam diskusi Zona Main So Nice di Jakarta, Jumat, 31 Januari 2025.

banner 225x100

Epi menjelaskan bahwa standar gizi dalam menu MBG telah diawasi oleh Deputi Pemantauan Pengawasan berdasarkan pedoman dari Kementerian Kesehatan, sesuai dengan jenjang usia penerima program tersebut.

Terkait dengan variasi sumber , khususnya protein hewani, ia menambahkan bahwa penyusunan menu dapat disesuaikan dengan kebiasaan makan masyarakat di wilayah penerima MBG. Namun, gizinya tetap harus dihitung agar sesuai dengan panduan .

Dalam kesempatan itu, Epi mengutip pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional, , yang menegaskan bahwa menu MBG harus memenuhi standar keamanan pangan dan gizi, serta diharapkan SPPG dapat menyusun menu berdasarkan preferensi masyarakat setempat serta sumber daya lokal yang tersedia.

“Kalau di Halmahera, misalnya karbohidratnya bukan nasi, tetapi kalau tidak salah beliau bilang pisang yang direbus dan sagu maka itu boleh. Mungkin di daerah tertentu mereka suka serangga, ulat sagu kan itu memang dimakan di Papua ya itu boleh bagian dari MBG. Jadi bukan berarti di Jawa yang tidak biasa makan itu disuruh, harus berbasis sumber daya lokal,” jelasnya.

Menurut Epi, ahli gizi yang ditugaskan di dapur sentral bertanggung jawab memastikan perhitungan gizi agar tetap memenuhi standar jika bahan protein hewani berasal dari sumber daya lokal.

Ia juga menambahkan bahwa distribusi susu gratis dalam program MBG akan dilakukan secara bertahap, bergantung pada ketersediaan produksi susu di masing-masing wilayah yang memiliki sapi perah, mengingat produksi susu dalam negeri masih terbatas.

Epi mengakui bahwa pada tahap awal pelaksanaan MBG masih ditemukan sejumlah kendala, seperti makanan yang kurang matang atau kasus keracunan siswa akibat konsumsi menu MBG.

Namun, ia menegaskan bahwa BGN akan terus berupaya memperbaiki sistem serta meningkatkan pengawasan guna memastikan distribusi MBG lebih aman dan sesuai standar bagi para siswa sekolah.***

Leave a Reply