NALARNESIA.COM – Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ, mengungkapkan bahwa ide untuk mengakhiri hidup dapat terdeteksi pada remaja, berdasarkan hasil studi yang dilakukan.
“Ini adalah disertasi saya tahun 2019 yang mana datanya diambil pada akhir 2019, sebelum pandemi di Jakarta. Yang berisiko adalah 13,8 persen dari 910 remaja (125),” kata Nova dalam forum diskusi Denpasar 12 secara daring di Jakarta, Rabu, 31 Juli 2024.
Nova menjelaskan bahwa remaja sering kali cenderung mengambil risiko dan merasa mampu melakukan segala hal. Pada usia ini, kematian tampaknya masih jauh dan sering kali menyebabkan mereka membuat keputusan yang ceroboh. Pikiran mereka juga cenderung abstrak.
“Ketika itu ada terdeteksi, risikonya 5,39 kali lebih besar untuk mempunyai ide bunuh diri dibandingkan yang tidak,” kata Nova.
Dia menambahkan bahwa ketahanan mental remaja dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perasaan kesepian, ketiadaan harapan, perasaan menjadi beban, dan keinginan untuk merasa terhubung dengan sesuatu.
Pada tahun 2021, Nova melakukan studi dengan sampel sebanyak 2.181 mahasiswa dari satu kampus di Kota Bogor. Hasil studi menunjukkan bahwa ide bunuh diri terdeteksi pada 49,1 persen dari sampel tersebut, yaitu sekitar 1.070 orang.
Nova juga mencatat bahwa berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Jawa Barat memiliki angka prevalensi depresi tertinggi nasional pada penduduk usia 15 tahun ke atas, yaitu 3,3 persen, yang lebih dari dua kali lipat angka di Jakarta sebesar 1,5 persen.***