Kekurangan Vitamin D Pada Anak Tingkatkan Resiko Eksim

Avatar
Ilustrasi eksim pada anak (medicalnewstoday.com)
banner 468x60

NALARNESIA.COM – Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kekurangan vitamin D dapat meningkatkan risiko terkena dermatitis atopik, yang lebih dikenal sebagai . adalah penyakit kulit yang menyebabkan kemerahan, peradangan, gatal, dan iritasi. Meskipun biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, juga dapat dialami oleh orang dewasa.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal World Allergy Organization menunjukkan adanya hubungan antara kadar vitamin D dan sensitivitas alergen. Sensitivitas alergen terjadi saat tubuh menghasilkan antibodi IgE terhadap alergen yang masuk melalui konsumsi, penyerapan, atau inhalasi.

banner 225x100

“Sampel serum seluruh peserta dikumpulkan dan diuji vitamin D, kadar IgE total, dan kadar IgE spesifik alergen. Berdasarkan kadar vitamin D-nya, dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok yang kurang dari 20 ng/ml, kelompok antara 20 ng/ml hingga 30 ng/ml, dan kelompok yang lebih besar dari 30 ng/ml,” kata mereka.

BACA JUGA: Tidur Teratur Bisa Bikin Resiko Penyakit Jantung Menurun, Wajib Dicoba

Peneliti dari Universitas Chang Gung di Taiwan menyimpulkan bahwa kekurangan vitamin D dapat meningkatkan prevalensi sensitivitas alergen, yang pada gilirannya meningkatkan risiko eksim pada . Kekurangan vitamin D juga terkait dengan penurunan kekuatan tulang dan peningkatan risiko patah tulang dan infeksi.

Studi ini melibatkan 222 , termasuk yang menderita eksim dan yang sehat dengan usia yang sama tanpa masalah alergi. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan kadar vitamin D di bawah 20 ng/ml cenderung lebih banyak menerima eksklusif dan memiliki riwayat atopi pada ibu mereka.

-anak dengan eksim memiliki kadar vitamin D yang lebih rendah pada usia 2 dan 4 tahun. Namun, lebih banyak anak-anak dengan eksim yang menerima suplementasi vitamin D pada usia enam bulan dibandingkan dengan anak-anak sehat seumurannya.

BACA JUGA: Anak yang Hilang di Kali Mampang Akhirnya Berhasil Ditemukan, Sudah Tak Bernyawa

Selain itu, sensitivitas terhadap alergen makanan lebih tinggi pada anak-anak dengan eksim pada usia 0,5 dan 4 tahun, sementara sensitivitas terhadap tungau dan IgE lebih tinggi pada usia 2 dan 4 tahun.

“Alergi makanan dan atopi ibu diidentifikasi sebagai faktor risiko terbesar terjadinya eksim pada anak usia 6 bulan. Namun, pada anak usia 2 dan 4 tahun, faktor risiko utamanya adalah kadar vitamin D dan sensitisasi alergi tungau,” ujar peneliti.***

Leave a Reply