Kerja Sama Riset Kemenhut dan Universitas Nottingham Fokus pada Pengurangan Emisi Karbon dan Carbon Capture Storage

Avatar
Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni (kanan) melakukan penjajakan kerja sama dengan Akademisi Universitas Nottingham, Inggris Bagus Muljadi (kiri) di kawasan Kantor Kementerian Kehutanan, di Jakarta, Selasa (31/12/2024). ANTARA/Sinta Ambar
banner 468x60

NALARNESIA.COM – Kehutanan () Raja Juli Antoni menjajaki peluang kerja sama dengan akademisi , Inggris, Bagus Muljadi, untuk mengembangkan riset dalam pengurangan emisi karbon, khususnya terkait kebijakan Carbon Capture Storage (CCS).

“Kami tadi banyak bicara tentang kemungkinan kerja sama, terutama untuk riset ya, Carbon Capture Storage (CCS) yang sebenarnya sudah ada perpresnya. Tapi kita butuh riset yang lebih mendalam untuk kemudian itu bisa dipraktikkan di ,” ujar di Jakarta, Selasa.

banner 225x100

Pemerintah telah menerbitkan sejumlah regulasi terkait CCS, seperti Peraturan (Perpres) Nomor 14 Tahun 2024 tentang Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, Permen ESDM Nomor 2 Tahun 2023 terkait CCS di sektor hulu migas, Perpres Nomor 98 Tahun 2021 tentang nilai ekonomi karbon, serta Peraturan OJK Nomor 14 Tahun 2023 tentang perdagangan karbon melalui IDXCarbon.

BACA JUGA: KPK Tidak Halangi Hasto Kristiyanto Mengelak Karena Punya Bukti

Bagus Muljadi, yang juga seorang peneliti, menyebutkan potensi kolaborasi ini dapat menghasilkan riset yang mendukung pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah. Salah satu fokusnya adalah memastikan bahwa komoditas yang diperdagangkan tidak terhubung dengan deforestasi, degradasi hutan, atau pelanggaran hukum lingkungan dan sosial, dengan merujuk pada regulasi deforestasi Uni Eropa (EUDR).

“Jadi potensi kerja samanya bisa terarah kepada misalnya join research dengan , capacity building memperkuat agar pemangku kebijakan bisa melakukan kebijakan yang sesuai dengan EUDR dan lain-lain. Yang sangat berdampak langsung ke kehidupan masyarakat luas,” jelas Bagus.

Ia juga menyebutkan bahwa kerja sama tersebut dapat mencakup penelitian terkait potensi CCS di ladang migas, geothermal, serta lahan gambut yang tersebar di , mengingat luasnya lahan gambut yang dimiliki negara ini.

“Kita saling belajar dan supaya argumen geopolitik kita yang terkait masalah lingkungan hidup diperkuat dengan riset,” tambahnya.

BACA JUGA: Prabowo Subianto Dinobatkan sebagai Tokoh Terpopuler di Media Sosial 2024

Bagus mencontohkan wilayah Kalimantan sebagai salah satu lokasi yang memiliki potensi penelitian terkait lahan gambut. Restorasi, penghijauan, dan perlindungan gambut menjadi isu kompleks yang memerlukan pendekatan riset mendalam.

“Di tempat-tempat seperti Kalimantan potensinya beda karena di situ ada gambut. Restorasi gambut, penghijauan, perlindungan gambut, itu sangat-sangat masalah yang kompleks di bidang riset. Kita bisa mulai dari situ,” katanya lagi.

Ia juga menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan guna memperkuat riset dan institusi dalam negeri, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata dalam menyelesaikan berbagai permasalahan lokal.***

Leave a Reply