NALARNESIA.COM – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Selasa menyampaikan gambaran suram terkait serangan udara yang dilakukan oleh Israel di sebuah kamp di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada hari Minggu, 26 Mei 2024 yang mengakibatkan sedikitnya 200 orang tewas.
“Menurut beberapa sumber medis asing yang berbicara kepada tim kami, sedikitnya 200 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan tersebut,” kata direktur komunikasi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) Juliette Touma, kepada wartawan saat konferensi pers secara virtual.
Touma menekankan bahwa dampak serangan ini sangat besar, menambah rasa takut akan kematian di kalangan warga. Pengungsian masih berlangsung, dengan lebih dari satu juta orang telah meninggalkan Kota Rafah sejak 6 Mei.
Menurut Touma, banyak orang telah mengungsi ke berbagai lokasi sebelumnya, tetapi pemboman intensif di daerah tersebut terus berlanjut. Serangan Israel tersebut menewaskan sedikitnya 45 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, dan melukai hampir 250 orang.
BACA JUGA: Genosida di Palestina, Netanyahu Dianggap Membuat Iri Hitler Karena Metode Genosidanya
Dia menambahkan bahwa hanya 200 truk bantuan yang dapat masuk ke wilayah tersebut dalam tiga pekan terakhir. “Tentunya terjadi penurunan di tengah kebutuhan kemanusiaan masyarakat, karena jumlah kebutuhan terus bertambah.” “Yang dibutuhkan Gaza adalah 500 truk dan jumlah itu harus gabungan pasokan komersial dan pasokan kemanusiaan,” katanya.
Ledakan juga terjadi di dekat pangkalan logistik UNRWA di Tal al-Sultan, sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Media Pemerintah yang berbasis di Gaza.
Perang Israel di Gaza, yang telah berlangsung selama delapan bulan, telah menyebabkan lebih dari 36.000 orang tewas dan 81.100 lainnya terluka.
BACA JUGA: Kolombia Akan Bangun Kedutaan Besar di Ramallah Palestina, Usai Sebut Israel Sebagai Pelaku Genosida
Kampanye militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah di kantong berpenduduk 2,3 juta orang ini, menyebabkan banyak warga sipil kehilangan tempat tinggal dan menghadapi risiko kelaparan.
Serangan terbaru pada hari Minggu terjadi meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional (ICJ) yang memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya di Kota Rafah, yang menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta warga Palestina.***