NALARNESIA.COM – Staf Khusus Presiden, Juri Ardiantoro, menegaskan bahwa isu terkait keretakan hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto adalah upaya adu domba yang sengaja diatur untuk mengganggu stabilitas pemerintahan.
Dalam pernyataannya di Jakarta, Senin, Juri mengatakan bahwa spekulasi semacam ini hanya akan menciptakan ketidakstabilan dan mengalihkan fokus dari agenda pemerintah yang sedang berlangsung.
“Jika ada upaya mengadu domba dengan nyata-nyata mengatakan hubungan Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih saat ini retak adalah upaya mengganggu agenda keberlanjutan pemerintahan,” katanya.
Juri menyebutkan bahwa adu domba tersebut disusun dengan cara merangkai berbagai informasi, peristiwa, dan kejadian terkini, lalu disimpulkan dengan keyakinan bahwa terjadi keretakan hubungan.
BACA JUGA: Jokowi Klaim Tidak Akan Terbitkan Perppu Pilkada, Ikut Aturan Mahkamah Konstitusi
“Dimana letak keretakannya? Itulah yang menjadi pertanyaan Pak Prabowo. Presiden Terpilih tegas menampik berbagai spekulasi, rumor, bahkan upaya-upaya politik yang bertujuan mengadu domba dengan Presiden Joko Widodo,” katanya.
Dia menekankan bahwa prioritas utama Pemerintahan Presiden Jokowi saat ini adalah membangun fondasi yang kokoh untuk memastikan transisi pemerintahan yang mulus.
Menurut Juri, Presiden Jokowi memberikan peran yang signifikan dan ruang yang luas kepada Prabowo, sebagai Presiden Terpilih, untuk merancang agenda strategis demi mewujudkan visi dan misinya, guna memastikan keberlanjutan pemerintahan.
Juri juga menambahkan bahwa politik adu domba adalah strategi lama yang tidak disukai oleh masyarakat Indonesia.
BACA JUGA: Jokowi Terbitkan Peppres Pembentukan Badan Gizi Nasional
“Jadi, berhentilah membangun narasi dan spekulasi yang bersifat pecah belah kita sebagai bangsa,” katanya.
Sebelumnya, pada penutupan Kongres PAN pada Sabtu, 24 Agustus 2024, Prabowo menanggapi isu keretakan dengan Presiden Jokowi. Ia menyebutnya sebagai upaya adu domba dan menyatakan tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Prabowo meminta agar tidak ada lagi penggunaan strategi adu domba dan menekankan bahwa intelijen harus digunakan untuk kepentingan bangsa, bukan untuk memata-matai lawan politik.***