NALARNESIA.COM – Komando PBB (UNC) yang dipimpin oleh Amerika Serikat mengumumkan pada Kamis bahwa mereka sedang menyelidiki serangkaian insiden yang terjadi di perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan pada awal pekan ini.
Insiden tersebut melibatkan serangan singkat oleh pasukan Korea Utara di perbatasan dan dimulainya kembali siaran anti-Pyongyang oleh Korea Selatan.
“Kami menjalankan misi kami dengan serius di Komando PBB dan saat ini sedang menyelidiki masalah baru-baru ini dengan sangat teliti,” kata UNC.
UNC, yang bertugas menegakkan gencatan senjata yang menghentikan pertempuran pada Perang Korea tahun 1950-1953 dan mengawasi aktivitas di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua Korea, sedang menyelidiki kejadian ini.
BACA JUGA: Erdogan Sebut PBB Gagal Hentikan Genosida di Palestina Termasuk untuk Anggotanya Sendiri
“Tindakan kami sangat sesuai dengan Perjanjian Gencatan Senjata saat kami berupaya meredakan situasi guna menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan. Kami terus menyerukan DPRK (Korea Utara) untuk kembali berdialog menggunakan mekanisme yang kami miliki,” ucapnya.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Jeon Hak-kyou, mengatakan bahwa pihaknya akan mendukung penuh penyelidikan UNC.
UNC juga sedang menyelidiki peluncuran balon berisi sampah oleh Korea Utara, yang dianggap sebagai pelanggaran gencatan senjata.
Penyelidikan ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan lintas batas yang dipicu oleh kampanye balon pembawa sampah yang diluncurkan Korea Utara baru-baru ini.
BACA JUGA: Jokowi Perintahkan Prabowo Kirim Tenaga Kesehatan dan Bangun Rumah Sakit di Gaza Palestina
Sejak 28 Mei, Korea Utara diduga telah meluncurkan lebih dari 1.600 balon sebagai respons terhadap selebaran anti-Pyongyang yang dikirim oleh aktivis di Korea Selatan.
Beberapa waktu lalu, sekitar 20 tentara Korea Utara melintasi Garis Demarkasi Militer di dalam DMZ, yang memisahkan kedua Korea, di bagian tengah perbatasan sebelum mundur ke utara setelah Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan, menurut militer Seoul.
