Airlangga Hartarto: Stabilitas ASEAN Jadi Kunci di Tengah Ketegangan Geopolitik Global

Avatar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan pidato kunci (keynote speech) dalam acara Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (10/12/2024). ANTARA/Bayu Saputra
banner 468x60

NALARNESIA.COM – Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa ASEAN saat ini merupakan kawasan yang relatif stabil di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global.

Airlangga menjelaskan bahwa perekonomian ASEAN terus menunjukkan kinerja positif dalam satu dekade terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 4-5 persen.

banner 225x100

ASEAN kini menjadi perekonomian terbesar kelima di dunia, eksportir terbesar keempat, dan pada 2022 menjadi tujuan investasi asing langsung (FDI) terbesar kedua. Stabilitas politik di kawasan ini juga diharapkan mampu menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi di negara-negara ASEAN, termasuk .

“Di tengah ketidakpastian, kita baru-baru ini mendengar Perang Gaza belum berakhir, kemudian juga Ukraina- masih panas, dan terakhir perubahan (pemerintahan) di Suriah yang juga kita belum tahu siapa yang akan meng-govern di sana, yang memimpin pemerintahan di sana. Namun di tengah ketidakpastian, ada satu wilayah yang selama dua dekade relatif aman, yaitu Indo-Pasifik. Dan di Indo-Pasifik, ASEAN menjadi kerja sama regional yang paling stabil dan hampir seluruh negara,” ujar Airlangga dalam acara Bisnis Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa, 10 Desember 2024.

BACA JUGA: Kerja Sama Pertahanan Indonesia-Vietnam Makin Kuat, Dorong Stabilitas Regional

Ia menekankan bahwa ASEAN telah menjadi contoh kerja sama regional yang stabil, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara anggotanya sekitar 4 persen. Dengan populasi sekitar 600 juta orang, ASEAN berhasil menjaga stabilitas di kawasan Indo-Pasifik di tengah memanasnya tensi global antara Timur dan Barat, termasuk perang dagang antara China dan Serikat.

Dalam konteks dinamika geopolitik yang semakin kompleks, Airlangga juga mencermati perbedaan pendekatan kebijakan perdagangan antara negara-negara ASEAN dan Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump yang baru terpilih.

“Kita ketahui bahwa the new president (Trump) di lebih menghargai bilateral daripada multilateral. Tetapi negara-negara ASEAN percaya bahwa multilateral akan membawa kesejahteraan bersama. Nah, ini merupakan tantangan-tantangan yang ada ke depan,” jelas Airlangga.

Lebih lanjut, ia menyampaikan proyeksi optimistis dari OECD terhadap perekonomian Indonesia. OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,1 persen pada 2024 dan 5,2 persen pada 2025. Berdasarkan data (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024 mencapai 4,95 persen (yoy), yang lebih tinggi dibandingkan China (4,60 persen), Meksiko (1,60 persen), dan Jepang (0,30 persen).

BACA JUGA: Dubes Rumania Ungkap Keinginan Untuk Perkuat Kerjasama Bidang Pendidikan

Namun, Airlangga mengingatkan tantangan masih ada, terutama terkait kebijakan suku bunga tinggi oleh The Fed, yang dapat memicu pergeseran aliran devisa ke .

Meskipun demikian, ia optimistis bahwa langkah-langkah strategis pemerintah, termasuk pengendalian inflasi, akan membantu menghadapi tantangan ini.

“Kemarin Bapak Presiden hadir dalam pertemuan dengan seluruh gubernur di Dalam Negeri di mana inflasi kita, bisa terus ditekan di angka 1,7 (persen) bahkan kita bisa 1,5 (persen),” ujarnya.***

Leave a Reply