KPAI Dorong Pengawasan Jajanan Anak-anak dengan Kemasan yang Menarik

Avatar
Ilustrasi jajanan anak-anak. (X.com/foodfess2)
banner 468x60

NALARNESIA.COM – Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Jasra Putra menyerukan pengawasan ketat terhadap makanan yang beredar di masyarakat, khususnya produk-produk yang sering dikonsumsi oleh anak-anak.

“Harga yang sangat murah dan industri kemasan yang kekinian, ternyata meninggalkan persoalan untuk anak anak kita yang belum memahami komposisi ,” kata Jasra Putra saat dihubungi di , Kamis, 25 Juli 2024.

banner 225x100

Hal ini disampaikannya menanggapi data dari Ikatan Dokter Anak (IDAI) yang menyebutkan bahwa satu dari lima anak mengalami .

BACA JUGA: Pelaku Penjualan Video Porno Anak-anak di Telegram dan X Berhasil Diamankan Polda Metro Jaya

Menurut Jasra, banyak anak-anak mengonsumsi makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak berlebih, yang menjadi salah satu penyebab pada anak.

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa produk-produk tersebut sering kali dikemas dengan menarik, membuat anak-anak tertarik untuk mencobanya.

“Saya kira kemasan makanan sekarang jadi barang mewah, menjadi industri dengan kemasan-kemasan yang luar biasa menarik untuk anak,” kata Jasra Putra.

BACA JUGA: Psikolog Sarankan Orang Tua Menghindari Komunikasi Pasif dan Agresif pada Anak

Jasra juga menekankan pentingnya sosialisasi mengenai gejala pada anak serta cara pencegahannya.

“Penting segera ada sosialisasi gejala sebelum terganggu ginjalnya dan cuci darah, kemudian konsumsi air putih yang perlu diperhatikan, mengurangi konsumsi zat berpemanis buatan, garam dan lemak,” katanya.

Selain itu, edukasi kepada masyarakat juga perlu dilakukan agar anak-anak mengurangi konsumsi gula berlebihan serta makanan dengan rasa pedas, asam, manis, atau asin yang berlebihan.

BACA JUGA: Nikita Willy Bagikan Tips Atasi Anak yang Alami Trauma Makan

Selain gangguan ginjal, konsumsi makanan berlebihan juga bisa menyebabkan dan ketidakseimbangan gizi.

“Konsumsi gula yang bila berlebihan akan mempengaruhi suasana hati mereka, yang berujung mudah cemas dan reaktif. Sehingga ujungnya bersikap agresif. Yang menyebabkan anak tidak memiliki kecerdasan , reaktif, berujung rentan, dan mudah mendapat perlakuan salah,” katanya.***

Leave a Reply