Turki Mendesak Israel untuk Hentikan Serangannya Terhadap Palestina Termasuk Lebanon

Avatar
Ratusan orang warga Palestina tewas di camp pengungsian Kota Rafah akibat serangan Israel. (Instagram/Motaz)
banner 468x60

NALARNESIA.COM – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada Minggu, 7 Juli 2024, mengkritik tindakan Israel dan mendesak penghentian serangan yang disebutnya tidak manusiawi di , yang telah menyebabkan kematian 38.000 warga sejak Oktober lalu.

“Israel harus berhenti melanjutkan pembantaian ini dan mengakhiri serangan tidak manusiawi ini,” kata Presiden Erdogan.

banner 225x100

Erdogan menyoroti bahwa Israel terus melakukan serangan dan pembantaian, serta melanggar hak asasi manusia dan hukum internasional.

Dalam komentarnya mengenai kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di , Erdogan menyatakan ada perkembangan positif di Doha, di mana kepala Mossad, agen mata-mata Israel, baru-baru ini mengadakan pembicaraan.

BACA JUGA: Prabowo Temui Perdana Menteri Arab Saudi di Jeddah, Bahas Hubungan Bilateral dan Palestina

“Mereka sekarang mengatakan gencatan senjata bisa terjadi ‘kapan saja'. Dengan kata lain, kapan saja, berita yang tepat bisa terdengar dari sana. Namun, masalahnya adalah sikap Netanyahu,” ucapnya

Turki, kata Erdogan, telah berulang kali menekankan perlunya mengakhiri konflik ini, dan bahwa solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967 adalah kunci untuk mencapai abadi.

Presiden Erdogan juga meminta Israel untuk membatalkan niat menyebarkan konflik ke Lebanon, menyusul peningkatan ketegangan antara Israel dan Hizbullah.

“Israel harus membatalkan niatnya untuk menyebarkan konflik ke wilayah tersebut, dan negara-negara Barat, khususnya AS, harus menarik dukungan mereka terhadap Israel pada saat ini,” ucapnya.

BACA JUGA: Panglima TNI Siapkan Tiga Pesawat untuk Angkut Warga Palestina

Menurut otoritas setempat, lebih dari 38.000 warga telah , sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 87.000 lainnya terluka. Hampir sembilan bulan setelah perang Israel dimulai, sebagian besar wilayah hancur akibat blokade yang menghambat pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan di Mahkamah Internasional, yang baru-baru ini memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militer di kota selatan Rafah, di mana lebih dari satu juta warga berlindung sebelum diserbu pada 6 Mei.***

Leave a Reply